Jika tanah sudah menjadi janda karena ditinggal oleh tetesan hujan suaminya, maka engkau akan dapati semenjak kepergiannya ketandusan menjadi pakaiannya dan engkau pun menyaksikan tanah menjadi kering kerontang. Kemudian mereka merasakan kefakiran tanah dan mereka pun menengadahkan tangan-tangan permohonan, memohon zakat awan, lantas Pencipta menggiring suaminya untuk mengairi isterinya. Bantuan pun datang dengan turunnya hujan, di mana akhirnya musim semi pun merebak ke seluruh negeri zaman. Pasangan tumbuh-tumbuhan pun bangkit dengan berbagai macam perhiasan, hingga mata bunga narcissus seperti mata air dan daunnya rimbun, bunga anemone pun mengikuti warna burung puyuh. Bunga bihar menggambarkan keadaan cemas, sementara bunga orange laksana bekas gigitan ketundukan sedang bunga teratai mengantuk dan terjaga.
Dahan-dahan mengeras dan bercerai-berai, sementara bunga aroyiz telah menetapkan rahasia-rahasianya kepada angin semilir, sehingga semerbaklah harumnya, kemudian berkumpul dalam perkawinan hubungan seni para budak. Maka setiap yang memiliki seni berada di atas dahan. Burung-burung pun beterbangan penuh persaingan dalam untaian sajak semarak. semuanya mengungkapkan kerinduan dengan bahasanya pribadi, merpati mendekur karena gembira, burung bubul berkhutbah karena cinta, burung tekukur bergema karena kagum, burung mukka pun berkicau tak henti, sementara burung hudhud dan dahan bergoyang-goyang, semuanya mengadu kepada yang di tangannya terdapat ikatan perkawinan. Pada saat itu engkau pun menyaksikan para perindu tersesat dalam kerinduan yang membara:
Aku memiliki dahan-dahan pada pohon ben
Alangkah indahnya pohon ben demi dahan-dahan itu.
Alangkah bagusnya yang tidur dibangunkan oleh
kejayaan semilir angin fajar.
Alangkah bagusnya daun-daun verbena
Saat direndahkan dari ranting-rantingnya.
Siapa yang menyeru anak merpati yang memiliki
sajak-sajak dan nyanyian.
Ia seperti orang asing saat bicara menceritakan kerinduan.
Setiap kali aku dihibur dengan suara merdu maka
kesedihan menyindir akan ingatan.
Kegembiraan condong kepadaku seperti dahan-dahan
yang mabuk kepayang
Wahai merpati pada pohon ben kerinduan yang telah
menyatukan kita saat bertetangga.
Telah nampak padaku pengaduan, tidaklah mungkin
para perindu memiliki persembunyian.
Para perindu mengadu dengan satu kerinduan padahal
sungguh kerinduan itu beraneka ragam.
Aku berkulit putih dikerumunan suami
dan sahabat-sahabat.
Meskipun aku jauh dari tanah airku namun pohon ben
adalah tanah air bagi semua.
Aduhai lara yang aku sembunyikan, padahal cinta adalah
rahasia dan rasa yang terungkap.
Wahai para pencela janganlah kau tambahkan padaku
kecintaan, selagi aku mabuk dengan kerinduan.
0 comments:
Post a Comment