Wahai orang yang kenderaan umurnya telah dikuruskan oleh kerakusan,
tidakkah engkau mencukupinya sedikit dengan kendali rasa puas? Menyendirilah dengan
dirimu di rumah pengasingan dan mintalah pertolongan untuk menghadapinya
melalui cercaan.
Wahai jiwa! Telah raib singgasana Balqis, telah rusak keindahan Syirin,
telah robek kasur Buran, yang tersisa hanyalah ibadah Rabi’ah. Sesungguhnya hari-hari
muda laksana musim semi, dan jam-jamnya seperti hari-hari tasyrik. Kemudian uban-uban
datang menghitung kefanaan, dan terhenyak dengan kuningnya ego, maka ridhalah
dalam keadaan terikat dengan tali-tali kemah umur serta puing-puing bangunan
ketakwaan.
Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang tersesat di akhir
perjalanannya, padahal tempat tinggal sudah semakin dekat. Fase uban turun di
tepi kuburan, sementara engkau telah jadikan pendapat hawa nafsu sebagai suatu
benteng. Nah, cita-cita macam apakah ini?
Kelezatan ada dalam anggur yang terbaik, tetapi campurannya adalah racun
yang mematikan. Hawa nafsu adalah aib di dunia ini dan menjadi api neraka di
hari akhirat. Dan siapa yang berpikir, tentu ia akan bersabar. Lalu mereka
menjadikan firdaus keakraban sebagai tempat tinggal dalam puncak fase
pencarian.
Wahai orang yang dikobarkan semangatnya di taman-taman kaum, kuburan-kuburan
tidur tidak ada kepayahan dalam jalan hubungan. Sesungguhnya kepayahan itu akan
terasa manakala dalam jiwa masih tersisa hawa nafsu. Kegelapan itu hanya untuk
malam hari bukan buat Laila. Terbanglah engkau dengan sayap rasa takut dan
harapan dari sarang kemalasan di atas garis lurus kesungguhan, yang tidak
menyimpang dari keadilan.
0 comments:
Post a Comment